Powered By Blogger

Pengunjung Yang Online

Total Tayangan Halaman

Minggu, 13 Juli 2014

Je suis tombé en amoure [aku telah jatuh cinta] part 2

Wira : iya, beginilah gue sekarang, gue terkena musibah. bukan dalam pekerjaan, tetapi saat dirumah. Saat berkebun, tidak sengaja kedua mata gue terkena percikan yang berisikan bahan kimia untuk membunuh hama ditanaman itu. dan gue dilarikan kerumah sakit. mata gue terluka parah dan sekarang gue buta, dokter menyarankan untuk melakukan operasi secapatnya. gue akan berada di Paris, untuk melakukan perawatan serta operasi.
Nanda : lalu loe mau gue gimana ?
Wira : gue mau loe datang besok ke Bandara Soekarno-Hatta jam 10 pagi pesawat sudah berangkat, semua biaya gue tanggung, yang penting loe ikut gue. gue mau loe selalu ada disisi gue dan temani gue, seorang lelaki mungkin akan terjatuh ketika tidak ada kekasihnya disisinya. (Wira langsung berdiri dan Andi mengantarnya masuk kedalam mobil)

Keesokan harinya di Bandara Soekarno-Hatta, Wira menunggu kedatangan Nanda, lama menunggu Hingga akirnya Nanda datang dengan buru-buru, tepat panggilan terakhir untuk penumpang tujuan Jakarta-Paris
Wira : loe kemana aja, kenapa lama banget ?
Nanda : yaelah, sorry sorry, lagi macet tadi dijalan, tau ajakan jakarta gimana.
Andi : sudah-sudah, Nan, titip Wira ya, jaga dia baik-baik disana.
Nanda : iya, kamu juga. makasih ya.
Andi : iya, sama-sama.
Setiba di perancis, meraka langsung menuju rumah sakit Assistance Publique Hôpitaux de Paris. Disana Wira langsung mendapatkan tindakan lebih lanjut dari pihak rumah sakit. Wira diminta pihak rumah sakit setiap hari untuk datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi matanya agar bisa diketahui matanya siap dioperasi 1 minggu kedepan.

Hari petama, mereka kerumah sakit untuk melihat keadaan mata Wira
Wira : (sambil diperiksa) sayang ?
Nanda : iyaa, ada apa ?
Wira : setelah pemeriksaan ini, kita jalan-jalan ya ?
Nanda : emang boleh, tanyaain dokternya dulu.
Wira : ophtalmologiste, Pourriez rues I dans un état comme celui-ci ? [dokter, boleh kah aku jalan-jalan dalam keadaan seperti ini ?]
Dokter : peut-être, mais toujours garder votre état de l'œil, pas trop forcé, si vous vous sentez malade, dépêchez pause [boleh, tetapi tetap jaga kondisi matamu, jangan terlalu dipaksakan, kalau merasa sakit, bergegaslah istirahat].
Wira : bon ophtalmologiste [baik dok]. nah, loe dengar kan Nan ?
Nanda : iya, emang loe mau kemana ?
Wira : ada salah satu tempat disini, yang kita bisa melihat jelas menara eiffel itu berada.
Nanda : tapi loe kan ?
Wira : Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat, tetapi mengapa Tuhan hanya menganugrahkan sekeping hati pada kita ? karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk mencarinya. itu lah cinta. dan orang itu adalah loe. walaupun saat ini gue tidak dapat melihat, tapi gue punya kamu, yang dapat menerjemahkan dan meceritakannya kepada gue.
Nanda : (memegang tangan Wira) iya sayang. 
Enam hari berikutnya, mereka berdua ke tempat itu terus, dan Nanda menceritakan kepada Wira tentang keadaan menara eiffel itu. dan Hari ini adalah hari ke-7 mereka di perancis dan tepat hari operasi dimana Wira akan dioperasi. tetapi sebelumnya, lagi-lagi Wira mengajak Nanda kesuatu tempat, nama tempat itu adalah Ponts des Arts, sebuah jembatan yang melintasi Sungai Seine, yang dinamakan jembatan gombok cinta
Wira : bagaiamana tempat ini ?
Nanda : bagus kok, tempat yang indah
Wira : disebelah sana ada seseorang yang menjual gembok dan kuncinya, loe pergi beli yah ? lalu tulis nama kita. (Nanda pun bergegas kesana).
Nanda : iyaa, ini gembok sama kuncinya, terus ?
Wira : sudah ada nama kita ?
Nanda : sudah ada.
Wira : yaudah, bantu gue ke pengangan jembatan ini, lalu loe gembok tu, seperti gembok-gembok yang sudah ada.
Nanda : (menggombok) sudah ni, lalu kuncinya ?
Wira : mana kuncinya ?
Nanda : ini ditangan gue
Wira : siniin tangan loe (memegang tangan Nanda) dalam hitungan tiga, kita buang kunci ini ke sungai, dan sambil ngucapin dalam hati, kita akan bersama selamanya, sampai maut, memisahkan kita. loe siap ?
Nanda : iya siap
Wira : satu, duaa, tigaaa (ngelempar kunci)
Nanda : bagaimana perasaan loe setelah buang kunci itu ?
Wira : gue merasa senang, impian gue tercapai, bareng dengan kekasih gue ditempat ini, iya sudah, waktuya sudah tiba sayang, ayo kita kerumah sakit.
Mereka pun menuju rumah sakit dan operasipun dilakukan. Nanda menunggu sambil berdoa akan kesembuhan Wira. operasi berlangsung beberapa jam dan operasipun selesai dilakukan. tak disangkat tiba-tiba Andi menelpon Wira, bahwa Andi dan Nindi akan datang untuk melihat keadaanya setelah matanya siap untuk dibuka.

Hari dimana perban mata Wira dibuka, dimana Nanda, Nindi dan Andi sudah ada di dalam ruangan tersebut, mata Wirapun dibuka.
Wira : Optométristes brièvement, je veux Nanda était en face de moi alors que mes yeux ouverts [sebentar dok, saya mau Nanda ada di depan saya saat mata saya di buka.
Dokter : s'il vous plaît Mlle [silahkan nona]. (Nandapun berada saat mata Wira dibuka)
Akhirnya Wirapun dapat melihat lagi, dan orang yang pertama dia lihat adalah Nanda, kekasihnya.sebelum pulang ke Indonesia, lagi-lagi Wira mengajak Nanda ketempat dimana mereka melihat menara eiffel itu di temani oleh Nindi dan Andi. Wira dan Nanda berpelukan, akhirnya dapat melihat menara eiffel itu secara bersamaan. 


Hari demi hari pun berlalu, dimana hari kelulusan tiba, dan Nanda juga Nindi akhirnya lulus. Nanda menetap di Indonesia dan bekerja disalah satu perusahaan sedangkan Nindi akan melanjutkan Studi S2 nya di perancis. malam setelah kelulusan, Wira di undang Nanda untuk bisa datang kerumahnya, untuk ngerayain hari bahagia itu, karena paginya Wira tidak bisa datang karena sibuk dengan kerjanya, hingga dia berjanji untuk datang pada malam harinya.

Malam harinya Wira datang.
Wira : permisi.
Nanda : (membuka pintu) akhirnya datang juga, kok lama banget sih, di telpon juga ngk diangkat
Wira : (memeluk Nanda) selamat ya sayang atas kelulusanmu je t'aime [aku sayang kamu]
Nanda : iyaaa iya sudah, ayo masuk, loe ngk mau ucapin selamat juga kepada Nindi ?
Wira : ohh iyaa iyaa, dimana dia ?
Nanda : itu ada dimeja makan, ayo masuk
Wira : (di meja makan) selamat ya Nindi atas kelulusan kamu
Nindi : iyaa, makasih ya
Wira : sama-sama nin.
setelah makan malam selesai, Wira mengajak Nanda keluar sebentar, sekedar mengambil oleh-oleh didalam mobilnya.
Wira : (membuka pintu mobil) nah ini oleh-oleh untuk orang rumah ya
Nanda : wah, banyak banget, makasih ya
Wira : iya sama-sama. em nan, gue mau ngomong sesuatu ?
Nanda : (berbalik) iya sayang, mau ngomong apa ?
Wira : kayaknya kita ?
Nanda : kita kenapa ?
Wira : kita udahanin aja hubungan ini
Nanda : loh, kenapa ?
Wira : loe sekarang beda nan
Nanda : alasan loe ngk masuk akal, loe tiba-tiba loe udahin hubungan ini karena gue beda ?
Wira : iya, gue merasa loe beda. loe beda saat diperancis waktu itu, entah kenapa
Nanda : kalau beda, gue bisa baikin diri gue lagi kok, loe mau gue seperti apa ? berikan gue contoh
Wira : semenjak di prancis, loe menjadi orang yang sabar menunggu, walaupun dalam hal kecil seperti menunggu gue bangun di pagi hari, tetapi loe sekarang, cuma karena gue telat sedikit, loe mulai nelpon, seakan gue ini lelaki yang ngk tepati janji gue datang kesini. Setia itu tentang penantian nan. Tapi loe ngk suka menunggu, lalu kita menjadi sekian, sebab gue berlalu
Nanda : jadi loe mau kita udahan ?
Wira : iya, maafin gue yah
Nanda : mudahan kita baik-baik setelah ini yah, oh iya, suatu saat nanti, loe jangan lagi yah, menghabiskan waktu untuk mencintai seseorang yang tidak memberi manfaat apapun (senyum kepada Wira sambil mengusap air matanya)
Wira : aku ngk suka liat loe nangis.
Nanda : emang, sejak kapan loe liat gue terakhir kali menangis ? (berbalik pergi meninggalkan Wira)
Wira : nan, tunggu (berlari)
Nanda : (hanya mengangkat tangan, seakaan menyuruh Wira berhenti mengejar) aku ngk apa-apa kok, makasih oleh-olehnya.
semanjak kejadian itu, Nanda dan Wira tidak saling berhubungan lagi.


Beberapa tahun kemudian. ketika Wira tidak sengaja bertemu dengan Nindi di perancis di tempat, dimana Nindi lagi melihat menara eiffel, dan Wira lewat dengan rekan-rekan kerjanya. setelah bertemu, Wira meminta Nindi untuk meluangkan waktunya sabtu nanti di tempat itu juga.
Wira menunggu kedatangan Nindi.
Wira : akhirnya datang juga.
Nindi : iya, ada apa ya ?
Wira : loe inget tempat ini ?
Nindi : maksud loe ?
Wira : sudah lah nin, loe jangan berpura-pura lagi
Nindi : gue ngk ngerti maksud loe
Wira : gue sama Nanda sudah bubaran beberapa tahun lalu, semenjak pulang dari perancis. Nanda yang waktu di perancis, ngk sama dengan Nanda yang di Indonesia saa itu. Nanda yang waktu itu nemenin gue disini, sekarang ada disamping gue, Nanda waktu itu adalah loe Nindi. gue tau ketika gue bubar degan Nanda, gue pergi ke jembatan untuk melihat gembok kita. gue mencari-cari gembok itu. akhirnya dengan susah payah, Eureka ! (telah kudapat !) gue menemukan gembok itu, dan ternyata tulisan digembok itu bertulisan nama Wira dan Nindi, bukan Nanda. semenjak itu gue tau, bahwa loe cinta gue Nin, yang buat gue nyaman. yang ketika saat bersamamu, pikiran ini bukan lagi milik gue.
Nindi pun menangis mendengar penjelasan Wira. air mata yang selama ini yang hanya keluar, ketika melihat orang yang dia cintai memeluk wanita lain di depan matanya, kini sudah berubah, air mata itu menjadi air mata kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan. Nindi langsung memeluk Wira dengan tiap tetesan air matanya membasahi baju Wira. lalu Wira melepaskan pelukannya dan melihat Nindi dalam-dalam dengan bercucuran air mata itu.
Nindi : loe kenapa liat gue begitu ?
Wira : loe ? sejak kapan seorang Nindi yang sopan dalam berbicara, ngomong dengan loe gue gitu ? (sambil tertawa)
Nindi : ihh kamu ya.
Wira : kamu makin cantik kalau nangis.
Nindi : kamu masih aja gombal disaat begini.
Wira : senyum dong ? senyum buat kekasih barumu ini.
Nindi : ngk mau. (nangisnya mulai hilang)
Wira : terus kamu mau aku ngapain ?
Nindi : aku mau kamu berlutut didepanku dan meminta maaf.
Wira : (berlutut), terus ?
Nindi : ngk ngk, aku bercanda aja kok.
Wira : hem (narik nafas) Nin,
Nindi : iya ? sudah, berdiri kamu. ngk malu apa diliat orang ?
Wira : ngapain malu ? ini di perancis, bukan di indonesia.
Nindi : udah, berdiri kamu. nanti aku serius marah ni ?
Wira : sebelum kamu yang serius marah, aku juga mau serius ke kamu. Nin. maukah kamu menjadi kekasihku ? dengan menara eiffel menjadi saksi akan hal ini
Nindi : (tidak bisa berkata-kata)
Wira : apakah ini terlalu cepat ? ngk, ini cinta yang sudah terjadi. walaupun orang-orang bilang hubungan ini baru, kenapa harus menunggu kalau kita sudah yakin dengan pasangan kita ?
Nindi : (mulai nangis lagi) beberapa tahun aku memendam rasa ini. aku memang baru kenal cinta, dan Cinta adalah hanya sebuah kata sampai seseorang datang dan memberikan makna. dan kamu adalah orangnya, kamu datang, dan dengan singkatnya aku jatuh cinta kepadamu, dengan waktu kita yang selalu bersama setiap hari, dan aku juga mulai berani untuk memegang tanganmu, tetepi aku harus memendam itu semua,  rasa cinta ku yang besar harus aku pendam, aku tidak mau bersaing dan merebut pacar dari saudara kembarku sendiri. aku cemburu ketika kau memeluknya di paris, dimana tempat itu aku yang selalu menceritakan keadaan paris. aku cemburu ketika kau tiap hari menjemputnya kuliah, dan aku cemburu di hari kelulusan kuliah kami, kalian saling bersuap mesra di hadapanku. aku memendam itu semua. aku menangis diam-diam, setelah kejadian-kejadian sedih itu menimpahku. terkadang aku ingin menangis dihujan yang deras, agar orang lain tidak tau kalau aku sedang menangis. sakit hati ini, sakit. 
Wira : lalu aku harus bagaimana ? memutar waktu kembali ? berhenti bohongi masa depanmu dengan masa lalumu. masa lalu yang sakit itu, kita bisa bangun dimasa depan, aku butuh jawaban Nin.

keadaan terdiam, hanya tangisan Nindi yang terdengar.  Wira pun berdiri dan mengehela nafas.
Wira : (berbalik) Iya sudah, kalau memang aku tidak termaafkan dimasa lalu, ku harap, suatu saat nanti, kau akan mengerti. (berjalan, meninggalkan Nindi)
Nindi : tunggu (sambil memangis)
Wira : (berhenti berjalan)
Nindi : (menangis)
Wira : ada apa ? kenapa memanggilku ? (berbira dengan membelakangi Nindi)
Nindi : aku terkadang ingin kembali menjadi anak kecil, ketika terjatuh, hanya tangan dan lutut yang sakit, bukan hati. tapi jika diberi pilihan untuk menjadi anak kecil lagi, aku menolak. karena, dengan hati pernah sakit dan terluka ini, akan timbul cinta yang baru, yang dapat mengalahkan sakit itu. jadi sekarang, aku ngk bisa
Wira : (masih membelakangi Nindi) iya, aku tau kamu ngk bisa, semoga kamu bertemu dengan seseorang yang (dipotong)
Nindi : aku ngk bisa nolak kamu.
Wira : (berbalik) sungguh ?
Nindi : (sambil menangis) iyaaa, aku mau
Wira : langsung berlari memeluk Nindi dan sambil beribisik. veux-tu m'épouser ? [maukah kau menikah denganku ?]
Nindi : (melepaskan pelukan Wira) kamu serius ? baru beberapa menit yang lalu kamu menjadi kekasihku, sekarang kamu melamarku ?
Wira : (ngeluarin cincin dari saku celananya) apa aku terlihat bercanda ?
Ninda : huaaaaa (memeluk Wiraoui, je le ferai [ya, aku mau]


Akhirnya, Nindipunmenyelesaikan kuliah S2 nya di perancis, pernikahanan telah tiba. Di panggung, meraka sambil berbisik.
Nindi : kuat juga cinta kamu untuk mencari bukti digembok itu.
Wira : ya, sebenarnya aku diberitahu Andi.
Nindi : dia bilang apa ?
Wira : dia bilang, kalau Nanda yang di paris itu bukan Nanda yang sesungguhnya, melainkan kamu. tentu saja aku tidak percaya begitu saja dan memutuskan untuk mencari dan akhirnya, ketemu kamu deh hahaha
Nindi : akhirnya dia tidak kuat juga ya ?
Wira : maksud kamu ?
Nindi : awalnya Andi tidak memilik perasaan apa-apa terharap Nanda, sama halnya dengan aku ke kamu waktu itu. gravitasi tidak bertanggung jawab dengan orang yang telah jatuh cinta sayang. apalagi mereka selalu bertemu, sebelum aku ke perancis, Nanda terjatuh dari tangga setelah kamu meninggalkan rumah, Andi yang ingin pamit pulang setelah mengantarkan kamu masuk ke dalam mobil, melihat kejadian itu. setelah mengantarkan kamu, dia kembali lagi kesini untuk mengantar Nanda kerumah sakit, Nanda terkena geger otak ringan, kepalanya terbentur. dan sejak itu dia lah yang menjaga Nanda selama kita di perancis. ada waktu itu dia pesan ke aku di bandara untuk jaga kamu baik-baik ? inget ngk ?
Wira : iya inget, emang kenapa ?
Nindi : emang aku bilang apa ?
Wira : kalau ngk salah, kamu bilang, iya, kamu juga. makasih. (mikir) eh jangan-jangan ?
Nindi : iya, aku juga nitip Nanda ke dia untuk jagain dia, seperti aku jagain kamu, karena aku yang menggantikan Nanda.



Asik membahas masa lalu meraka, Andi dan Nanda datang.
Nindi : oh, jadi ini laki-laki yang dapat menakhluk kan hati saudara kembarku dan ngk mau kasih tau waktu ditelp ?
Andi : ah, loe pura-pura ngk tau lagi.
Nanda : Andi sudah menceritakan semuanya ke gue nyet.
Nindi : hahaha maaf ya, ngk ada maksud apa-apa loh kenapa aku nda cerita.
Nanda : iya nyet iya, hidup itu seperti mengendarai sepeda. jaga keseimbangan loe, loe harus tetap berjalan (ngelirik Wira)
Wira :  Merelakan, seringkali menyakitkan. Tapi akan membahagiakan pada akhirnya. berterimakasihlah kepada kenangan (ngelirik Nanda)
Nanda : iyaa sudah, Allons manger, j'ai faim [ayo kita makan, aku sudah lapar]
Nindi : sejak kapan kamu bisa bahasa perancis ?
Nanda : (sambil tertawa dan ngelirik Andi) itu ada gurunya.
Nindi : hahaa bisa aja kamu nyet.
Wira : sejak kapan kamu manggil nyet gitu ?
Nindi : (sambil tertawa dan ngelirik Nanda) itu ada gurunya
Nanda : awas kamu yahhh !!

NB : Jika ingin mengambil cerita saya untuk kepentingan umum, misalnya untuk ngepost diblog ataupun yang lain, izin ya, saya orangnya berbagi kok. :D

Created by : Saiful
13 Juli 2014

Selasa, 08 Juli 2014

Je suis tombé en amoure [aku telah jatuh cinta] part 1


Pada suatu hari, ada seorang anak kembar bernama Nandaira Kesuma Widjaja dan Nindira Kesuma Widjaja, atau panggil saja dengan Nanda dan Nindi. Nanda lahir terlebih dahulu, kemudian Nindi, hanya terpaut beberapa menit saja. seiring waktu berjalan umur mereka sekarang 21 tahun. di hitung semenjak tanggal 9 bulan ke-3 tahun 1993 sampai tanggal 9 juli 2014. sekarang mereka kuliah disalah satu universitas di Jakarta. Nanda mengambil jurusan Manajemen dan Nindi mengambil jurusan kedokteran. Nanda dan Nindi terlihat tidak ada celah untuk tau siapa Nanda dan Siapa Nindi, bahkan dari suaranya juga terdengar sama. kecuali dengan melihat tampilan mereka. Tetepi dalam hal berpakaian, jelas sekali Nanda yang terlihat tampilan yang modern, sedangkan Nindi terlihat rapi dan anggun. Nanda orang yang selalu hang out dengan teman-temannya, sedangkan Nindi setelah pulang kuliah, dia melanjutkan untuk Les bahasa Perancis. Untuk kisah asmara mereka, Nanda lebih dahulu terjun ke dunia tersebut, karena Nanda mempunyai prinsip, "hidup tanpa cinta, bukanlah hidup" ya walaupun suatu saat kita pasti merasakannya juga. sedangkan Nindi belum tahu menahu tentang dunia ini, jatuh cinta kepada seseorangpun dia belum pernah.


Suatu ketika Nanda meminta Nindi untuk menggantikannya menemui kekasih saudara kembarnya tersebut. kekasih Nanda itu bernama Pratama Dwira atau biasa dipanggil dengan Wira. Nanda bertemu dengan Wira disuatu acara amal untuk anak-anak panti asuhan, dimana Nanda yang bertindak sebagai Host dan Wira sebagai penyumbang dana pada saat itu. singkat cerita hubungan mereka sudah berjalan hingga 2 tahun. Wira sekarang berusia 25 tahun dan bekerja disuatu perusahan asing di Indonesia yang bekerja sama dengan Perancis. semenjak Wira bekerja diperusahan tersebut dan sering berangkat ke perancis, Nanda merasa komunikasi antara mereka sudah jarang terjadi, dan Nanda bukan asal sekedar menyuruh Nindi untuk bertemu Wira, melainkan karena Nanda juga bosan dengan Wira yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Nanda juga beruntung meminta Nindi untuk bertemu dengan Wira, karena Wira selalu berbahasa perancis yang tidak dimengerti oleh Nanda setiap mereka pertama kali bertemu.


Di cafe, tempat yang sudah ditentukan, Wira dan Nindi bertemu, dengan Nindi yang berpenampilan layaknya Nanda, dengan style yang modern.
Wira : hai Nanda (melambaikan tangan kepada Nindi)
Nindi : (begegas menuju Wira)
Wira : hei, comment ca va ? [apa kabar ?]
Nindi : ca va bien, merci.[baik-baik saja, terimakasih] upss.
Wira : hah ? sejak kapan loe bisa bahasa perancis ?
Nindi : (nyari alasan) emm itu, gue belajar sendiri, semenjak loe disana, ya gue juga ingin tahu dong apa yang loe ucapin yang ngk jelas itu setiap kita bertemu.
Wira : ohhh, Vous etes belle [kamu yang terindah]
Nindi : Vous etes bon a courtiser [kamu pandai ngegombal]
Wira : hahaha
Nindi : (berbisikje rougis fois [aku malu sekali]
Wira : ah ? loe bilang apa ?
Nindi : ngk kok, itu nah tadi ada kecoa.
Wira : elu ada-ada aja, mana ada kecoa di tempat seperti ini.
Nindi : ohh iya, bagaimana pekerjaan loe ?
Wira : ya, begitu lah, semua berjalan lancar, dan tentu saja gue terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu untuk loe yah. (memegang tangan Nindi) Nan, nikmati saat ini, karena suatu hari gue mungkin tidak akan ada lagi. Berikan waktu untuk mencintai, berikan waktu untuk berbicara, Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga diantara kita.  j'ai peur de te perdre [aku takut kehilanganmu]
Nindi : Tout ira bien [semua akan baik-baik saja]
Wira : je t'aime [aku sayang kamu]. emm Allons manger, j'ai faim [ayo kita makan, aku sudah lapar]


Sesampainya Nindi dirumah
pintu kamar terbuka.
Nanda : eh eh, gimana pacar gue nyet ?
Nindi : (langsung berbaring di kasur) ahhh, dasar saudara gila, aku hampir aja ketahuan.
Nanda : loh, ketahuan kenapa ?
Nindi : ya aku menjawab omongannya yang pake bahasa perancis itu.
Nanda : hahaha itu lah tujuan gue, biar loe tau maksud omongannya nyet.
Nindi : ngk lagi, ngk mau.
Nanda : kita liat aja, kalau dia masih membosankan, loe temuin lagi dia yah ?
Nindi : ah, ngk mau.
Nanda : ayo lah kembaranku (memeluk Nindi)
Nindi : kenapa ngk kau putusin aja sih dia.
Nanda : ya gue cintalah sama dia, tapi gue ngk suka sama dia yang sibuk sekarang. gini ya Nin, kami itu seperti lagu-lagu yang seirama, yang dinyanyikan pada kesempatan berbeda. waktu kami berkomunikasi jarang. setiap gue hubungin dia, dia sibuk. dan saat dia hubungin gue, gue lagi kuliah.
Nindi : tapi dia cerita ke aku, kalau kamu harus nikmati disaat dia lagi mencoba menghubungimu, nikmati waktu-waktu itu, walaupun hanya sesaat.
Nanda : iya iyaa, (sambil berpikir)
Nindi : eh eh, dia megang tanganku loh. hahaha
Nanda : dasar loe yah nyet, cari kesempatan aja
Nindi : ngk sengaja terpegang balik eh tangannya.
Nanda : huuuuu dasar.


Beberapa hari kemudian, hubungan Wira dan Nanda sudah mulai membaik, walaupun tetap jarang berkomunikasi, dan Wira selalu mengirimkan SMS kepada Nanda yang berisikan ucapan selamat pagi dan semangat dalam bahasa perancis, dan ada juga pesan berupa kata-kata.


Hari 1, Pagi
Wira : bonne chère du matin, te echo de menos [selamat pagi sayang, aku rindu kamu]
Nanda : bonjour, Je pense toujours à vous [selamat pagi, aku selalu memikirkanmu]
Wira : (ngk bales)


Hari 1, malam
Wira : jika kamu mulai merindukanku, ingat, aku tidak akan melangkah untuk pergi darimu.
Nanda : aku terkandang bete dan jengkel tidak menerima kabar darimu, seandainya jengkol bisa nyembuhin jengkel dan pete bisa nyembuhin bete. mungkin dunia ini lebih indah walau sedikit bau.
Wira : (ngak bales)


Hari 2, pagi
Wira : hahaha terima kasih sayang, kamu bisa buat aku tertawa membaca pesanmu.
Nanda : iya sayang. aku cinta loh sama kamu, kamu ngk macam-macam kan disana ?
Wira : Selagi ada cinta tidak perlu ada lagi pertanyaan.
Nanda : Boleh nggak sih aku bilang aku cinta kamu hari ini ? kalau besok gimana ? besok lusa ? besoknya besok lusa ? gimana kalau selamanya ?
Wira : dasar cerewet, boleh kapanpun kamu mau.
Nanda : aku berjanji pada bulan untuk mencintai kamu.
Wira : (ngk balas)


Hari 3, pagi
Wira : Jangan berjanji pada bulan, karena bulan selalu berubah, maka cintamu juga akan berubah
Nanda : lalu aku berjanji pada siapa dong ?
Wira : (ngk bales)

Walaupun membalasnya malam hari atau keesokan harinya. karena Nanda tau, pasti tidak akan ada balasan dengan cepat, tetapi mereka menikmati waktu-waktu itu.


Sebulan mereka berkomunikasi seperti itu terus, karena mungkin cape juga, Wira menelpon Nanda
Wira : Bonjour. Nanda ?
Nanda : iyaa, eh kamu,  ada apa sayang, tumben nelpon pagi-pagi begini ?
Wira : besok loe ada di rumah aja kan ? besok gue datang.
Nanda : hah ? serius loe ?
Wira : emang gue pernah bohong sama loe ?
Nanda : bohong sih ngk, yang ngk ada kabar sering. hahaha iya sudah, besok gue siapin semuanya buat kamu sayang.
Wira : iya udah kalau gitu.
Nanda : iyaa, daadahhh je t'aime [aku sayang kamu]


Keesokan harinya Wira datang kerumah Nanda.
tok tok tok (ketok pintu), permisiiii.
Nindi : itu pasti Wira, sana gih bukain pintu
Nanda : tapi kok, bukan seperti suaranya Wira yah ?
Nindi : yaudah, aku yang bukain pintu kalau gitu.
Nanda : eh, enak aja loe nyet. iya sebentar (teriak)
 Nanda pun membuka pintu tanpa melihat orang yang mengetok pintu itu
Nanda : iya sayang kok lama bang, eh maap, cari siapa yah ?
Andi: ohh kenalkan, gue Andi, teman kerjanya Wira, ini pasti Nanda yah ?
Nanda : iyaah, loh ? Wiranya mana ?
Andi : itu ada dimobil, tapi, sebelum dia masuk, dia pesen ke gue, kalau mata loe harus ditutup dulu, lalu duduk di kursi itu.
Nanda : ah, pake acara apa lagi sih ini, iya udah iya
Andi : nih penutup matanya (ngasih penutup mata)


Beberapa menit kemudian Wira masuk dan duduk didepan Nanda
Wira : Bonjour sayang.
Nanda : iya sayang, boleh dibuka ni tutup matanya ?
Wira : nanti dulu, ohh iyaa, j'ai juste besoin de vous maintenant [aku hanya butuh kamu, saat ini]
Nanda : aduhh, ngomong apa lagi (berbisik) emm bentar ya sayang, Ninnnn, Nindiiiii, ke sini sebentar (teriak)


Nindi menuju ke ruang tamu
Nindi : (sambil mengikat rambutnya) iyaaa ada apa sih, oui s'il vous plait faire bruyant [tolong jangan berisik]. ehh Wira ? loh kok ?
Nanda : sini duduk sebelah gue.
Nindi : ada apaan sih ini ?
Nanda : (membisik Nindi) loe siap-siap di situ ya, kalau dia ngomong bahasa perancis, loe kasih tau gue.
Nindi: ah, kirain ada apa.
Nanda : teruskan sayang
Wira : tout est fini [semua sudah berakhir]
Nindi : (membisik Nanda) semua telah berakhir.
Nanda : berakhir apa sayang ?
Wira : aku butih kamu sekarang ini, atau semuanya berakhir.
Nanda :berakhir kenapa ?
Wira : Nin, bukain matanya sekarang.
Nanda : gue buka yah, (sambil membuka matanya) satuuu, duaaa, tiiii,, hah ?!! ada apa ini. loe kok ngk bilang ke gue sih Nin.


BERSAMBUNG...


NB : dalam basaha perancis huruf s pada kata fois itu, tidak dibaca, lalu oi itu dibaca oa, karena Nindi hanya berbisik saja, jadi hanya oa saja yang terdengar oleh Wira, maka dari itu Nindi mengambil alasan ada kecoa


Jika ingin mengambil cerita saya untuk kepentingan umum, misalnya untuk ngepost diblog ataupun yang lain, izin ya, saya orangnya berbagi kok. :D

Created by : Saiful
9 Juli 2014

Kamis, 03 Juli 2014

she’s yours, not mine

Di suatu hari, salah satu sekolah di wilayah Jakarta Selatan, ada 2 sahabat yang nakal, nakal bukan dalam artian merusak ataupun yang lain, tetapi dalam asmara. Mereka selalu bersaing dalam mencari gebetan. Merekaadalah Saiful dan Riesma Abdillah. Mereka terkanal selalu mengincar wanita-wanita yang cantik, untuk dijadikan gebetan masing-masing dan saling memamerkan gebetan mereka kepada teman-teman yang lain, gebetan siapa yang paling cantik adalah pemenangnya dan apabila teman-teman yang lain menilainya tidak ada yang paling cantik, itu berarti imbang. Mulai dari kelas 1 SMA hinggi dekat dengan masa kelulusan Saiful dan Riesma sama-sama telah mengumpulkan 6 kemengan, dan 8 kali imbang dari 20 gebetan mereka. Persaingan itu terus berlanjut hingga masa kelulusan. Setelah masa kelulusan tiba, dimana Saiful dan Riesma bertaruh untukgebetan mereka yang terakhir di SMA, yaitu gebetan ke-21 mereka. Mereka bertaruh,setelah lulus siapa yang bakalan bisa taklukin hatinya Debby Delfiani. Bukan hanya sekedar bertaruh, mereka berdua memang suka dengan satu wanita. Ini gebetan pertama yang mereka sama-sama sukai. Masa-masa SMA pun berlalu, salah satu dari mereka belum ada yang bisa menaklukan hatinya Debby. Saiful yang diunggulkan untuk bisa bersama Debby, karena meraka ternyata belakangan ini telah dekat. Sewaktu kelulusan, ternyata Saiful mengajak Debby ke sebuah cafe di daerah sekitaran Jakarta Selatan, yaitu cafe Dixie, jl. HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Di Cafe Dixie
Saiful : kami taruhan loh.
Debby : taruhan apa ? (sambil makan)
Saiful : taruhan untuk dapatin kamu, ya aku sama Riesma.
Debby : hah ? (berhenti makan) maksud kamu apaan kaya begitu ?
Saiful : ngk kok, namanya aja taruhan, tapi ngk. Kami ternyata sama-sama suka dengan 1 wanita, yaitu kamu.
Debby : jadi sekarang maumu apa ?
Saiful : aku mau ungkapin perasaanku, kalau aku sayangsama kamu, aku tau kok kamu merasakan hal yang sama, iya kan ? tetapi tidak pada Riesma. tapi aku dalam waktu dekat kuliah di luar negeri.
Debby : kamu sudah tau perasanku seperti apa, kenapa kamu malah pergi.
Saiful : aku punya kewajiban lain, mengertilah, kamu tunggu aku yah, oh iyaa, jaga Riesma yah ? seperti orang di samping kita ini,cowoknya pasti jagain ceweknya
Debby : lah, terus ? kenapa kamu suruh jagain orang lain,sementara kamu tau perasaanku ?
Saiful : nabrak dong hahaha
Debby : ihh, bercanda lagi, ngk lucu ! (wajah memerah)
Saiful : ngk ngk, pokoknya jagain aja dia yah. Yaudah aku bayar dulu ya.

Keesokan harinya S
aiful akhirnya berangkat keluar negeri, dan awalnya selalu memikikan Debby.
Supir taksi : kemana mas ?
Saiful : (bengong)
Supir taksi : mas !
Saiful : ohh iyaa, bandara mas.

Lalu di pesawat, Pramugari menyapa.
Pramugari : mas, seat beltnya tolong dipakai mas. .
Saiful : (bengong)
Pramugari : mas mas ?
Saiful : saya harus pakai cara apa lagi mba,  biar tetap bersama dia? sedangkan saya haruskuliah dan..... eh maaf mba (malu)
Pramugari : (senyum) seat beltnya mas.
Saiful : iya mba, terimakasih.

Saat di kampus, Dosen Asmarani menjelaskan di depan.
Mr. Asmarani : please create a group ?
Saiful : (hanya diam dan masih melamun)
Mr. Asmarani : hei ? yes, you join the group.
Terkadang hal ini sering terjadi kepadanya, dikala dia sedang rindu.

Sementara itu, Saiful malah berangkat ke luar negeri untuk menyambung studinya. Riesma tentu saja mempunyai kesempatan untuk bisa menaklukan hatinya Debby. Setelah lulus Riesma terus bersama Debby, tapi tidakdalam suatu status kepastian. Riesma selalu mengungkapkan perasaannya terhadap Debby, tapi ia selalu menolak dengan alasan belum siap untuk semua itu, karena Debby menjaga perasaanya terhadap Saiful. Pada akhirnya, untuk terakhir kalinya Riesma mengungkapkan perasaannya kepada Debby, jika tetap ditolak, maka ia akan pindah kelain hati. Akhirnya kokohnya Debby mempertahankan Saiful, akhirnya bisa menerima Riesma, perjuangan Riesma yang gigih untuk mendapatkannya, karena tidak terasa sudah 4 tahun Riesma bersam Debby sejak kelulusan itu, dan baru bisa terwujud sekarang. Sedangkan Saiful belum juga pulang ke Indonesia.

Suatu ketika, Riesma ingin hubungan yang lebih seriuslagi, yaitu mengajak Debby untuk bertunangan.
Riesma : aku mau hubungan yang serius, aku mau melamarmu.
Debby : apakah kamu serius ?
Riesma : ya, aku serius, dan aku akan operasi transplatasi jantung untuk membuat aku kembali normal lagi, aku akan berobat ke Singapura.
Debby : sebenarnya cintaku ke kamu saat ini hanya sebatas pesan dari seseorang saja, bukan dari hatiku. Kamu hanya seseorang yang masihdi luar rumah atau yang ku sebut sebagai cinta. Kamu tamu yang berusaha masuk,tetapi aku tidak membukakan pintu. Karena di rumah ini hanya ada aku dan satu orang yang aku cinta, orang itu pergi untuk sementara, bahkan aku tidak tau dia kapan pulang.
Riesma : aku tau aku tamu, dan aku harap tamu sepertiku,bisa menjadi tuan rumah nantinya.
Debby : jika kamu ingin aku membukakan pintu, berjuanglah untuk sembuh. Bukan karena aku ngk terima dengan keadaan fisikmu, tapi aku bukan hanya mencoba mencintai hatimu saja, melainkan fisikmu juga.
Riesma : baiklah kalau begitu.

Beberapa bulan kemudian setelah Riesma dan Debby  menjalin hubungan, dilain tempat Saiful tiba di Indonesia. Seraya ingin merayakan kelulusannya, Saiful mengajak Debby untuk jalan bersamanya ke cafe yang pernah mereka kunjungi ketika kelulusan sekolah. Meraka diner layaknya seorang pasangan dan saiful bercerita tentang pengalamannya di sana.

Asik mengobrol,tidak sengaja mereka saling bercerita tentang apa yang terjadi pada meraka waktu itu, serentak suasana berubah.
Saiful : kamu liat cowok itu ?
Debby : mana ?
Saiful : husttt, jangan lansung dicari gitu.
Debby : memangnya kenapa ?
Saiful : dia lagi sendirian aja, pasti dia menunggu kekasihnya, walaupun ada wanita yang menggoda, bukan hanya 1, bahkan ada 2 wanita, tetapi dia tetap setia menunggunya. Seandainya kita seperti itu.
Debby : ngk bisa.
Saiful : kenapa ngk bisa ?
Debby : pokoknya ngk bisa.
Saiful : iya sudah, oh iya, kamu sudah lakukan apa yang aku pesan ?
Debby : sudah (sambil tertunduk)
Saiful : kamu kenapa ?
Debby : kamu tau ngk ? pesan kamu waktu itu ? aku sudah melaksanakannya, tapi apa ? tidak berjalan lancar. Dia malah mengejarku, memintaku untuk bersamanya, kamu kemana? hah ?
Saiful : kamu taukan kalau aku ngk lagi di Indonesia.
Debby : aku takut. Aku takut nanti bisa suka dengannya dan melupakanmu. Aku ngk mau mengulagi kesalahanku lagi, mencintai seseorang lelaki lagi.
Saiful : kamu ngk perlu takut, aku selalu ada kok buatmu.Yang penting aku kan sudah pesan sama kamu, setelah aku berangkat, tolong temani dia.
Debby : iya aku tau, aku tau alasan kamu kenapa menyuruhaku bersamanya. Kamu ingin aku menjaganya kan ? dia yang mengidap penyakit kanker jantung. Apa kamu tau ? dia datang padaku, mulai dari keadaan berdiri sempurna sampai menggunakan kursi roda sampai saat ini, supaya apa ? dia inginaku terus bersamanya sampai maut menjemputnya. Cintaku kepadamu memang besar tetapi cintanya ke aku jauh lebih besar, mengerti lah.
Saiful : lalu kamu mau kamu apa ?
Debby : Dua bulan lagi kami akan menikah. aku mau kamu biarkan aku bersamanya, lepaskan aku. Aku akan berusaha mencintainya bagaimana dia mencintaiku.
Debby bergegas meninggalkan Saiful
 
Riesma pamit kepada Debby, untuk berobat ke Singapura, tetapi sebelum memberitahu Debby akan penyakitnya sekarang, waktu kelulusan SMA Riesma terlebih dahulu memberitahu kepada Saiful, dan hari ini dia akan menemani Riesma dan keluarganya berobat ke Singapura untuk melakukan transplatasi jantung.

Di perjalan ke Singapura, mereka saling bercerita.
Riesma :kalau aku sembuh nanti, kamu harus datang dipernikahanku dengan Debby yah.
Saiful : iyaaa.
Riesma : aku menang bro (sambil menyenggol)
Saiful : hahaha iya, kamu juaranya.
Setalah sampai di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura
Dokter : are you ready ?
Riesma : yes. I’m ready doc.
Saiful : semangat bro.
Riesma : (mengangkat tangan dan mengepal tangannya)


Operasi selesai, Riesma pulang ke Indoesia dan bertemudengan Debby dan melangsungkan pernikahan.
Dua tahun berlalu, kabar dari Saiful tidak ada sama sekali setelah operasi itu selesai. Riesma ke Rumah Sakit ke Singapura, mencoba mencari tau siapa pendonor jantungnya, dan ternyata...

Disebuah taman bermain.
Riesma : sayang, kamu ngk kangen seseorang ?
Debby : kangen siapa ? (sibuk bermain dengan anak)
Riesma : Saiful. Kamu masih ingat ?
Debby : iya, ingat. Kangen sih, tapi kan aku sudah milikmu dan bersamamu.
Riesma : coba kamu kesini (memeluk debby) bisa rasaindetak jantungku.
Debby : iya, bisa
Riesma : getarannya begitu cepat yah
Debby : memangnya kenapa ?
Riesma : berjanji kepadaku, setelah aku kasih tau kekamu, tidak akan merubah aku atau pun kamu untuk kedepannya yah ?
Debby : iya iya, cepetan kasih tau
Riesma : itu jetak jantungnya Saiful, selama ini jantungnya hidup bersamaku, hidup didalam tubuhku yang seharusnya sudah tiada.
Debby : hah ? kenapa bisa seperti itu (seakan tidak percaya)
Riesma : iya, waktu itu dia ikut menemani operasi transplatasi jantung ke singapura. Keluargaku dan dia juga mengantar aku ke Rrumah SakitMount Elizabeth di Singapura. Dijalan menuju Rumah Sakit, aku bercerita panjang lebar dengannya, jika aku sembuh nanti kami akan tetap bersama. Lalu kemudian waktumyauntuk bersiap-siap dokter bertanya apakah aku sudah siap ? dan aku menjawab sudah siap. Ternyata, dokter itu tidak hanya menanyakan itu padaku saja, tetapi juga pertanyaan itu langsung tertuju kepadanya yang ada di belakang dan mendorong kursi rodaku. Aku baru tau setelah sampai di Indonesia dan mencari tau ke Singapura sendiri  dan ternyata dia adalah pendonorku.
Debby : (menangis dipelukan Riesma) kenapa kamu baru cerita ?
Riesma : aku hanya menunggu waktu yang tepat, dan iniwaktu yang tepat. aku sudah bisa masuk ke rumahmu, yang kamu sebut dengan cintaitu, yang dimana aku terkunci diluar, walaupun aku mencoba masuk disemua celah,tetap tidak bisa. Pada akhirnya, kamu membukakan aku pintu, karena aku bersama seseorang yang juga penghuni rumahmu itu, dia adalah Saiful. Dan aku puntinggal dirumah itu sampai sekarang. Seandainya aku diberi kesempatan untuk sekali saja bertemu dengannya, aku akan bilang “she’s yours, not mine”.

CAST
(in alphabetical order)
Cafe Visitors 1 as Novi Hidayati
Cafe Visitors 2 as Bonifasius Matondang Hatoguan
Cafe Visitors 3 as Stefimelda Tetekonde
Cafe Visitors 4 as Ratni Puspitasari
Cafe Visitors 5 as Muhammad Taufiq Dimas Pratama
Debby Delfiani as herself
Docter as Delisem Imanuel
Nurse 1 as Nonie Graselia Marse
Nurse 2 as Nurul Fatiyah
Patient 1 as Ayu Oktaviani Kuleh Putri
Patient 2 as Dian Nur Safariana
Patient 3 as Andra Safitri
Patient 4 as Reni Tri Ariyanti
Patient 5 as Muhammad Regian Siregar
Riema Abdillah as himself
Riesma’s Father as Muchlis Dwi Prasetyo
Riemsa’s Mother as Rabiah
Riesma’s Brother as Heronis Borong
Saiful as himself
Student 1 as Dewi Kusumastuti
Student 2 as Siti Nur Kholifah
Student 3 as Eva Widya Cristine
Student 4 as Widya Prisanti
Student 5 as Ari Febrila Wahyu
Student  6 as Vivi WulanCarolina
Stewardess 1 as Novella Adelita
Stewardess 2 as Febri Kusuma Atma Dewi
Taxi  Drivers asSaifuddin Tanjung
Waitress 1 as Agnes Rezkyta
Waitress 2 as Chorilena

Special character : Mr. Asmarani as himself


NB : siapkan tempat yang tepat untuk membacanya, agak panjang ceritanya.

Created by : Saiful
3 Juli 2014
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...