Powered By Blogger

Pengunjung Yang Online

Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 Juni 2013

Kertas dan Sebuah Tinta : Episode 4

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Episode 4 : Kamu Malu Ya ?
Aku pun menceritakan semuanya kepadanya. Mulai dari saat aku bertemu kepada seseorang cowok yang sepertinya akan merubah ku, sampai perasaan ku saat ini. Dia hanya tetawa saja mendengar cerita ku. wajahku yang serius tiba – tiba bertanya kepadanya “apa yang lucu ?” dia menjawab, “tidak ada yang lucu kok. Begini ya, kakak kasih tahu, kalau cewek itu harus mengerti apa yang terjadi, sudah pasti dia ingin mengajak kamu kenalan. Maka dari itu, dekati dia, semakin kamu mendekatinya, maka dia akan merasa nyaman. Tetapi dengan cara hanya senyum saja terhadapnya saat dia sedang memperhatikan mu, cukup itu saja. Tidak berapa lama nanti, pasti dia duluan yang akan mengajak kamu kenalan. Sudah ya, kakak mau ke dapur dulu membantu ibu bersih – bersih. Kalau ada sesuatu yang terjadi, ceritakan saja, jangan sungkan”. Aku yang begitu mendengar jawabaan kakak, semakin bingung aku akan melakukan apa nanti, sedangkan aku orangnya malu untuk melakukan semua saran yang di ajukan kakak terhadapku. Tetapi ya ada baiknya juga untuk mencoba, yang penting itu berpikir positif, masalah yang lainnya belakangan saja.
            Setiba di sekolah, tepatnya hari ini adalah hari senin, di mana hari yang sangat padat, apalagi di tambah dengan upacara bendera. Aku berada di baris yang belakang, karena aku tidak terlalu sedang dengan upacara. Ya mungkin memang semua orang itu berbeda, ada yang suka ada juga yang tidak, tetapi tetap menghargai pahlawan bukan hanya dengan upacara, banyak hal kok. Sementara itu, aku yang biasanya sebaris horizontal dengan Dea dan teman ku yang perempuan, yang dalam satu baris itu terdiri dari tiga orang. Tetapi malah cowok itu yang mengisi tempatnya Dea yang tidak mengikuti upacara hari ini. Guru menyuruh muridnya untuk mengisi tempat yang kosong. Ya, di sini lagi dah, tingkah laku ku yang pemalu muncul lagi. Tetapi untuk hari ini, aku harus mendengarkan kata kakak semalam. Dengan percara dirinya, aku cuek saja. sepanjang berjalannnya upacara, cowok itu melihat ku. walaupun aku tidak melihatnya dengan cara langsung, hanya dengan meliriknya saja. tetapi entah mengapa, yang harusnya aku sebagai cewek akan marah karena tidak nyaman, malah melihatnya sambil tersenyum. Rasanya itu seperti aku orang yang sangat ramah sekali pada hari ini juga. Hal itu terjadi terus menerus. Biarpun cowok itu akan menganggap aku ini tidak waras atau sebagainya, aku tidak peduli. Ingat saja kata kakak semalam.
            Upacara telah selesai, semuanya memasuki kelasnya masing – masing. Sesampainya di kelas, semua teman – teman di kelas malah melihati. Sudah pasti ini karena cowok itu, pasti dia bercerita kepada teman – teman, kalau melihat ku, aku akan tersenyum. “ada apa ini ?” tegas ku. meraka hanya diam saja. selang berapa detik, salah satu dari meraka berkata “senyum dulu cantik”. Dengan keadaan yang seperti itu, jelas aku harus tersenyum. Sepanjang perjalanan ku dari depan pintu kelas sampai tempat duduk ku, hanya tersenyum, sampai gigi maupun gusi ku menjadi kering. Dea menegurku “kamu kenapa ?” sambil memegang kepala ku. “heh, kamu kira aku gila ? ya tidak lah, aku hanya mengikuti saran kakak ku saja”. Dea langsung tertawa seraya membisik ku “kamu malu ya ?”. aku sentak menajawab. “tidak kok, biasa saja”. Dea semakin lantangnya tertawa . asiknya dia tertawa, guru yang mengajar pelajaran saat ini tiba -  tiba masuk. Mulut Dea langsung tertutup rapat seperti ada lem saja di bibir. Guru itu tidak hanya diam, karena guru itu bisa di bilang galak juga. Sentak guru itu menanyakan kepadanya “kamu kenapa ketawa begitu ?” dia menajawab “tidak bu, tidak ada apa – apa” seraya aku menginjak kakinya agar tidak bercerita kepada guru. Guru itu menjawab “apa kamu sudah tidak waras ? sini maju ke depan” Dea pun maju dan guru itu berkata “silahkan kamu tertawa lagi sebelum pelajaran di mulai, kalau kamu tidak tertawa, saya tidak akan mengajar kelas ini”. Dea tanpa piker panjang lagi langsung tertawa. “bagus, sekarang duduk lah ketempat mu” ucap guru itu. Saat Dea duduk, aku berbisik di telingannya “kamu malu ya?” wajahnya langsung memerah. Semenjak kejadian ini, Dea di juluki Ratu Tertawa oleh guru itu. Setiap pelajarannya, selalu yang di cari pertama kali adalah Dea.
            Malamya, aku berbicara lagi dengan kakak ku dengan wajah yang cemberut. “kakak ini gimana sih, aku sudah tersenyum saat dia melihat ku, tetapi aku malah dikira tidak waras” ujar ku. Dia hanya tetawa dan mejawabku “bukan seperti itu”. Aku menjawab “loh, itu seperti yang kakak sarakan kepada ku”. kakak menjawab dengan tetawa kecil “senyum di saat dia memperhatikanmu, bukan saat dia melihatmu adik ku sayang. Makanya di dengar, sekarang siapa yang malu ?”. wajahku langsung terlihat bodoh di depannya. “yaudah gini kak, sekarang gimana ?” ucap ku. “ya lakuin dah apa kata kakak, tersenyum saat dia memperhatikan mu loh ya, bukan melihat. Mengerti adik kecil ?” ujarya sambil memegang kepala ku. aku berkata “siap bos !” Dia langsung meninggal ku keluar kamar. Sebelum dia melangkah keluar pintu, dia berbalik lagi. Dia berbicara tetapi tidak membalikkan tubuhnya dan sambil berkata………….(bersambung)
Tebak – tebakkan /Episode selanjutnya sekalian menambahkan ide buat si Penulis.
a.       Jangan lupa ya, memperhatikan, bukan melihat.
b.      Hati – hati dengannya.
c.       Kertas kosong itu, tolong di carikan tinta.
d.      Jangan terlalu di pikirkan

e.       Dan lain – lain.

Selasa, 04 Juni 2013

Kertas dan Sebuah Tinta : Episode 3

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Episode 3 : Terpaku Menatapmu
Tetapi dia hanya menegur kami sentak berkata “hai cewek yang sapu tangannya terjatuh” dia menatap ku sekejap langsung meninggal kan kami. Aku yang menduga dia akan duduk bersama kami di kantin, ternyata tidak. Aku merasa legah akan semua itu. Yang tadinya jantung ini yang hampir copot gara – gara cowok itu, sekarang seperti keluar dari tempat yang gelap dan menyapa sinar yang terang disana.

            Bel berbunyi, waktunya memasuki kelas lagi. Setibanya di kelas, cowok itu duduk di kursi ku seraya sambil mengobrol dengan teman – teman cowok yang lain. Aku yang seharusnya duduk di tempat duduk ku, malah masih berdiri saja di depan pintu, sedangkan Dea sudah duduk di tempatnya. Aku berkata kepada Dea dengan menggunakan isyarat seperti orang yang tidak bisa bicara, hanya dengan menggerakkan anggota tubuh saja. aku menunjuk cowok itu dan berkata kepada Dea “cowok itu nah ? kenapa masih saja di tempat ku ?” hanya mulutku saja yang bergerak tanpa mengeluarkan suaranya. Tetapi Dea tidak mengerti maksudku. Terus dan terus aku menujuk cowok itu, tiba – tiba dia menghadap ku. Tangan ku terpaku menunjuk dia, dan dengan cepatnya aku langsung menurukan tangan ku dan berbalik, menganggap Sesutu tidak ada yang terjadi. Ketika aku berbalik lagi dengan niat mengusir dia dari tempat duduk ku, tiba – tiba dia langsung berada tepat di depan wajah ku sambil membungkukkan tubuhnya dan menatapku dalam – dalam serta berkata “kenapa menunjukku bergitu ? apakah ada yang salah ?” aku hanya bisa terdiam saja, tidak bisa berkata apa – apa, semua terasa seperti berhenti. Aku yang mau menjawab pertanyaannya, malah tidak bisa mengungkapkan semuanya, aku bingung, aku tidak mengerti dengan sikap ku. Sementara aku masih saja diam, cowok itu lalu senyum dan meninggalkan ku kembali ketempat duduknya. Aku masih saja berdiam tetapi selangkah demi selangkah, aku menuju tempat duduk ku. Aku seperti orang yang sedang kena penyakit saja. terus dan terus begitu sampai waktu pulang tiba.

            Sesampainya dirumah, aku disambut dengan kedatangan kakak ku yang pertama, yaitu Juni. Dia datang karena tempatnya kuliah saat ini sedang memasuki masa – masa liburan semester. Dia menyambutku dengan cara memeluk ku dan berkata “ini dia, si kertas kosong sudah pulang, dari pencariannyanya. Sentak aku mendengarnya, aku bertanya kepadanya. “maksudnya ?” dia hanya tetawa saja, tunggu saja ya. Ini kebiasaannya yang sering membuat aku penasaran dengan kata – katanya. Tetapi kesempatan ini bisa aku manfaatkan untuk bercerita kepada kakak ku, tentang masalah yang aku alami di sekolah belakangan ini. “kak ?” aku memanggilnya. “iya kenapa ?” sahutnya. Aku pun menceritakan semuanya kepadanya. Mulai dari saat aku bertemu kepada seseorang cowok yang sepertinya akan merubah ku, sampai perasaan ku saat ini. Dia hanya tetawa saja mendengar cerita ku. wajahku yang serius tiba – tiba bertanya kepadanya “apa yang lucu ?” dia menjawab, tidak ada yang lucu kok. Begini ya, kakak kasih tahu, kalau…………..(bersambung)


Tebak – tebakkan /Episode selanjutnya sekalian menambahkan ide buat si Penulis.
a.       Cewek itu harus mengerti apa yang tejadi
b.      Kamu itu  setidaknya harus mengenal cowok itu
c.       Kertas kosong itu, tolong di carikan tinta.
d.      Cowok itu, tidak bisa untuk di biarkan saja.

e.       Dan lain – lain.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...