بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Episode
4 : Kamu Malu Ya ?
Aku
pun menceritakan semuanya kepadanya. Mulai dari saat aku bertemu kepada
seseorang cowok yang sepertinya akan merubah ku, sampai perasaan ku saat ini. Dia
hanya tetawa saja mendengar cerita ku. wajahku yang serius tiba – tiba bertanya
kepadanya “apa yang lucu ?” dia menjawab, “tidak ada yang lucu kok. Begini ya,
kakak kasih tahu, kalau cewek itu harus mengerti apa yang terjadi, sudah pasti
dia ingin mengajak kamu kenalan. Maka dari itu, dekati dia, semakin kamu
mendekatinya, maka dia akan merasa nyaman. Tetapi dengan cara hanya senyum saja
terhadapnya saat dia sedang memperhatikan mu, cukup itu saja. Tidak berapa lama
nanti, pasti dia duluan yang akan mengajak kamu kenalan. Sudah ya, kakak mau ke
dapur dulu membantu ibu bersih – bersih. Kalau ada sesuatu yang terjadi,
ceritakan saja, jangan sungkan”. Aku yang begitu mendengar jawabaan kakak,
semakin bingung aku akan melakukan apa nanti, sedangkan aku orangnya malu untuk
melakukan semua saran yang di ajukan kakak terhadapku. Tetapi ya ada baiknya
juga untuk mencoba, yang penting itu berpikir positif, masalah yang lainnya belakangan
saja.
Setiba di sekolah, tepatnya hari ini
adalah hari senin, di mana hari yang sangat padat, apalagi di tambah dengan
upacara bendera. Aku berada di baris yang belakang, karena aku tidak terlalu
sedang dengan upacara. Ya mungkin memang semua orang itu berbeda, ada yang suka
ada juga yang tidak, tetapi tetap menghargai pahlawan bukan hanya dengan
upacara, banyak hal kok. Sementara itu, aku yang biasanya sebaris horizontal
dengan Dea dan teman ku yang perempuan, yang dalam satu baris itu terdiri dari
tiga orang. Tetapi malah cowok itu yang mengisi tempatnya Dea yang tidak
mengikuti upacara hari ini. Guru menyuruh muridnya untuk mengisi tempat yang
kosong. Ya, di sini lagi dah, tingkah laku ku yang pemalu muncul lagi. Tetapi
untuk hari ini, aku harus mendengarkan kata kakak semalam. Dengan percara
dirinya, aku cuek saja. sepanjang berjalannnya upacara, cowok itu melihat ku.
walaupun aku tidak melihatnya dengan cara langsung, hanya dengan meliriknya
saja. tetapi entah mengapa, yang harusnya aku sebagai cewek akan marah karena
tidak nyaman, malah melihatnya sambil tersenyum. Rasanya itu seperti aku orang
yang sangat ramah sekali pada hari ini juga. Hal itu terjadi terus menerus.
Biarpun cowok itu akan menganggap aku ini tidak waras atau sebagainya, aku tidak
peduli. Ingat saja kata kakak semalam.
Upacara telah selesai, semuanya
memasuki kelasnya masing – masing. Sesampainya di kelas, semua teman – teman di
kelas malah melihati. Sudah pasti ini karena cowok itu, pasti dia bercerita
kepada teman – teman, kalau melihat ku, aku akan tersenyum. “ada apa ini ?”
tegas ku. meraka hanya diam saja. selang berapa detik, salah satu dari meraka
berkata “senyum dulu cantik”. Dengan keadaan yang seperti itu, jelas aku harus
tersenyum. Sepanjang perjalanan ku dari depan pintu kelas sampai tempat duduk
ku, hanya tersenyum, sampai gigi maupun gusi ku menjadi kering. Dea menegurku
“kamu kenapa ?” sambil memegang kepala ku. “heh, kamu kira aku gila ? ya tidak
lah, aku hanya mengikuti saran kakak ku saja”. Dea langsung tertawa seraya
membisik ku “kamu malu ya ?”. aku sentak menajawab. “tidak kok, biasa saja”.
Dea semakin lantangnya tertawa . asiknya dia tertawa, guru yang mengajar
pelajaran saat ini tiba - tiba masuk.
Mulut Dea langsung tertutup rapat seperti ada lem saja di bibir. Guru itu tidak
hanya diam, karena guru itu bisa di bilang galak juga. Sentak guru itu
menanyakan kepadanya “kamu kenapa ketawa begitu ?” dia menajawab “tidak bu,
tidak ada apa – apa” seraya aku menginjak kakinya agar tidak bercerita kepada
guru. Guru itu menjawab “apa kamu sudah tidak waras ? sini maju ke depan” Dea
pun maju dan guru itu berkata “silahkan kamu tertawa lagi sebelum pelajaran di
mulai, kalau kamu tidak tertawa, saya tidak akan mengajar kelas ini”. Dea tanpa
piker panjang lagi langsung tertawa. “bagus, sekarang duduk lah ketempat mu” ucap
guru itu. Saat Dea duduk, aku berbisik di telingannya “kamu malu ya?” wajahnya
langsung memerah. Semenjak kejadian ini, Dea di juluki Ratu Tertawa oleh guru
itu. Setiap pelajarannya, selalu yang di cari pertama kali adalah Dea.
Malamya, aku berbicara lagi dengan
kakak ku dengan wajah yang cemberut. “kakak ini gimana sih, aku sudah tersenyum
saat dia melihat ku, tetapi aku malah dikira tidak waras” ujar ku. Dia hanya
tetawa dan mejawabku “bukan seperti itu”. Aku menjawab “loh, itu seperti yang
kakak sarakan kepada ku”. kakak menjawab dengan tetawa kecil “senyum di saat
dia memperhatikanmu, bukan saat dia melihatmu adik ku sayang. Makanya di
dengar, sekarang siapa yang malu ?”. wajahku langsung terlihat bodoh di
depannya. “yaudah gini kak, sekarang gimana ?” ucap ku. “ya lakuin dah apa kata
kakak, tersenyum saat dia memperhatikan mu loh ya, bukan melihat. Mengerti adik
kecil ?” ujarya sambil memegang kepala ku. aku berkata “siap bos !” Dia
langsung meninggal ku keluar kamar. Sebelum dia melangkah keluar pintu, dia
berbalik lagi. Dia berbicara tetapi tidak membalikkan tubuhnya dan sambil
berkata………….(bersambung)
Tebak
– tebakkan /Episode selanjutnya sekalian menambahkan ide buat si Penulis.
a. Jangan
lupa ya, memperhatikan, bukan melihat.
b. Hati
– hati dengannya.
c. Kertas
kosong itu, tolong di carikan tinta.
d. Jangan
terlalu di pikirkan
e. Dan
lain – lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar